Minggu, 05 Juli 2015

BUNGATAK BERBUNGA

DILI SWARNO DIATAS PANGGUNG HANYA ADA SEBUAH POT BUNGA YANG BERISI POHON KERING. DIBELAKANG PANGGUNG TERLIHAT GAMBAR BUNGA MAWAR YANG BARU SAJA TUMBUH DENGAN WARNAH MERAH YANG MENGGODA MATA. MUSIK MASUK MENGIRING SEORANG ACTOR YANG BERJALAN DENGAN PENUH PERASAAN YANG BERCAMPUR ADUK. DISEBELAH TANGAN KANAN IA MEMBAWA EMBER YANG BERISI AIR, DISEBELAH TANGAN KIRI MENGGANTUNG PELASTIK BENING BERISI PUPUK. SESAAT IA MEMPERHATIKAN BUNGA ITU DARI BERBAGAI SUDUT PANDANG DAN PADA TITIKNYA IA BERHENTI DI SAMPING POHON KERING DIATAS POT BUNGAH. DIA TERTAWA. TERLIHAT BEBERAPA KALI ACTOR SEPERTI MENGHIBUR BUNGAH ITU DENGAN SEGALA TINGKAH LAKUNYA. BAHKAN EMBER YANG BERISI AIR JUGA IA JADIKAN UNTUK MENYIRAM POHON KERING ITU. ………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………. Baik, aku mengerti. Diantara puluhan, ratusan, ribuan bahkan jutaan pejuang yang berperang dimedan laga pun pasti akan siap mati. Begitu juga kedatanganku hari ini.aku siap mati! ………………………………………………………………………. Hai.. selamat malam. Apa kabar? Syukurlah semuanya baik. Dan semoga semuanya mendapatkan kebaikan. (Seketika actor terdiam) kalimat itu dulu sering ku-ucapkan. Dan kata itu juga yang menghancurkan semuanya. Kalian tau? Apa yang terjadi padaku? Tidak? Baiklah, akan aku ceritakan. Sebelum kuceritakan, panggil saja aku Pria. Nama itu diberikan ibuku agar aku menjadi seorang lelaki. Laki-laki yang bukan seperti ayahku. Ayahku meninggalkan ibuku ketika aku berumur delapan tahun. Ia pergi bersama perempuan lainya. Aku tahu betul sakitnya hati ibuku ketika ia ditinggal pergi. Hampir setiap hari kutemukan ibuku menangis didalam kamarnya. Bahkan terkadang ia menangis didepanku. Dan sejak saat itu, didalam hatiku aku berkata tak ingin seperti ayahku. Ayahku bajingan. Setahun berlalu sang maha pencipta memanggil ibuku. Sedih rasanya aku ditinggal ibuku. Tapi disatu sisi aku bersyukur karena sang pencipta mengakhiri sakit hatinya. Seminggu sebelum kematian ibuku, dalam keadaan ibu menahan sakitnya diatas ranjang tempat tidur, Ibuku berkata, “Nak, ibu adalah perempuan, dan kau adalah seorang lelaki. Kamu tahu, lelaki dan perempuan harus saling melengkapi” pada waktu itu aku Cuma menganggukan kepala saja. Tapi kata-kata itu tertanam sampai saat ini. Waktu terus berjalan, aku hidup seorang diri. Aku meninggalkan masa kecilku dan memutuskan untuk bekerja dan mengurus rumah peninggalan ibuku. Sampai suatu ketika, aku pergi kesebuah taman yang dipenuhi oleh bunga-bungah yang tumbuh dengan indahnya. Aku berjalan memutari taman itu. Kalian tahu, kaki ini seketika berhenti ketika mata ku melihat bungah merah disebelah timur taman itu. Lalu, hasrat untuk memiliki bungah itu begitu kuatnya dalam diriku. Padahal aku tahu ada peraturan untuk tidak boleh memetik bungah ditaman. Sedih juga rasanya saat itu. tapi, disaat itu aku baru mengerti bahwa aku adalah seorang lelaki yang harus berjuang untuk mendapatkan sesuatu. Setiap pagi hari, sebelum aku pergi kepasar untuk menjadi kuli, kusempatkan waktuku sejenak untuk datang ketaman itu sekedar menyiramnya. Disore hari setelah aku selesai bekerja, aku menghabiskan waktuku di taman hingga senja menghilang. Semua itu kulakukan agar aku kelak bisa memilikinya. Ya, aku tahu hal itu tentu ada resikonya. Salah satunya kebiasaanku menyapu halaman setiap sore sudah mulai aku jadikan seminggu sekali. Dan gara-gara perkara itu, pak RT pernah menegurku karena halaman rumahku sering kotor. Tapi hal itu kuberi alasan bahwa aku bekerja sampai dengan senja tiba. Terkecuali di hari minggu aku libur. Jadi waktuku untuk memberishkan ruamah hanya di hari minggu. Untungnya pak RT dapat memahami alasanku. Tapi ada satu Hal yang tidak bisa di terima oleh kawan-kawanku. Yaitu perubahan sosialku yang tak lagi sering berkumpul bersama teman-temanku. Aku lebih memilih bunga mawar itu. Hal itu berjalan selama satu tahun lebih. Hingga pada akhirnya ketika tubuhku sakit dan diharuskan untuk beristirahat dirumah oleh dokter. Hati ini sangat kecewa, marah, sedih, sakit, semuanya bercampur menjadi satu. Aku marah pada diriku sendiri, sebab aku tak bisa menjaga kesehatanku. Dan akupun tak bisa lagi berkunjung ketaman dan mencium aroma wangi milik bung mawar. Aku berjuang untuk sembuh. Perjuanganku tak sia-sia. Semingggu kemudian aku sembuh dan segera aku pergi ketaman. Dari jauh aku tak lagi bisa melihat merahnya bunga itu. Dari dekat tak lagi bisa kucium aroma wanginya. Aku tahu ini salahku. Sekali lagi aku menyadari benar bahwa aku adalah lelaki yang harus berjuang agar bunga mawar hidup seperti dulu. Aku tak lagi bekerja. Hampir setiap waktuku ku habiskan berada di taman itu. Uang tabunganku kuhabiskan untuk membeli pupuk. Kurawat bunga itu. Berhari-hari kulewati hingga dua bulan. Dan bunga mawar tak lagi seperti dulu. Bahkan ia bertambah kering. Hati ini menangis, Kecewa, marah, menyesal dan aku merasa bodoh sebagai seorang lelaki. Jika saja aku tidak sakit, tentu ini tidak akan pernah terjadi. Dengan perasaan yang bercampur aduk, kutinggalkan taman itu. Aku hanya sekedar memperhatikan bungah itu di depan gerbang taman. Hingga suatu ketika, kulihat sesorang datang membawa sesuatu dan duduk disamping taman itu. Sesuatu itu diberikan kepada bunga mawar. Hal itu dilakukannya berhari-hari. Secara ajaib bunga itu tumbuh dengan warnah yang lebih memerah dan harum yang mampu dinikmati dari gerbang taman itu. Sejak peristiwa itu, kuputuskan untuk pergi dari taman itu. Dan tak akan pernah kembali lagi. Bunga itu bukan milikku. Dia milik seorang itu. Selamat tinggal. Semoga taman ini terus menjadi tempat dimana setiap orang yang datang berkunjung bisa menikmati keindahanmu. kini aku mengerti benar apa yang dirasakan ibuku. kalian tahu, siapa seorang itu? Dia adalah penjaga kebun ditaman itu. Bunga mawar memang selalu menarik perhatian. Bukan salahku. Tapi ini salah bunga mawar yang selalu memancarkan warnah merah indahnya sembari melepaskan aroma wanginya keseluruh jagat raya ini. Bukan bungah mawar saja yang salah, penjaga kebun yang bisa dikatakan pernah numpang makan dirumahku pun yang salah. Bagaimana tidak? Tentu aku yakin dia mengerti bahwa bunga itu adalah milik-ku. Tapi kenapa ia masih punya keberanian untuk merebut bunga mawar itu. Bajingan. SELESAI 5 Juli 2015 BEM FSP 03-18 AM

Minggu, 25 Desember 2011

BENTUK PANGGUNG YANG ANEH DAN FUNGSIONAL. DUA PRIA YANG ANEH SEDANG BERTINGKAH ANEH, IRINGAN MUSIK YANG ANEH, BAHKAN BENTUK LAMPU JUGA IKUT ANEH. KEMUDIAN ADA JUGA SEORANG BUTA YANG ANEH. A. bagaimana pendapatmu? B. seperti ruang yang tak beruang (hening) A. kecurigaan yang aneh B. bahkan yang diatas juga ikut aneh A. sekarang banyak yang ingin diperioritaskan, tapi tidak pernah mau memperioritaskan B. kaca itu, sepertinya sudah hilang dari kegunaan-nya. (hening) A. aku berfikir.. B. tidak ada jalan yang lurus A. Aneh. B. jika sesuatu hal yang didasari oleh nilai, semuanya kurang pas, seperti tubuh ini, jika tidak dililit dengan kostum, pasti aneh. A.ya. Sesuatu yang aneh tidak akan lepas dari kepentingan b. Dan juga egois A. bahkan semuanya akan tiba dengan waktu yang sama B. kemudian menimbulkan strategi. (hening) A. sampai kapan kita berjalan? B. sampai matahari malu untuk berjumpa lagi (hening) A. kau lihat itu? B. ( tertawa ) terima kasih kau telah mengingatkanku tentang hal yang dulu ( sedih ) A. apa kau tau, apa yang nyaman? B. yang nyaman itu ya duduk A. tapi yang duduk belum tentu menguntungkan pihak lain. B.kalau aku membuat keseapakatan? A. kesepakatan? Aku tidak mau. Karna itu tidak cukup B. dari mana kau tau? A. dari aku dilahirkan B. (marah) kau selalu seperti itu, kau bodoh. A. kau idiot (bertengkar, kemudian hening, lalu tertawa, kemudian berakhir sedih ) B. maaf A. aku juga minta maaf. B.lihat, kau masih ingat? Saat-saat yang menyatukan kita A. ya aku ingat, banyak serigala yang menggonggong malam itu B. sekarang bagaimana pendapatmu? A. malam butuh pagi. Panas butuh dingin. B. tapi itu sudah biasa. Kita membutuhkan hal yang baru. A. bagaimana kalau kita pergi ketempat lain? B. ketempat yang lain? Aku setuju. Aku pikir disana lebih nikmat. A disana kita bebas melakukan sesuatu yang mereka tak pernah pikirkan. Bahkan kita mampu merasakan sesuatu hal yang mereka pikir itu aneh, tapi lupakan tentang hal itu, karna hidup adalah pilihan. (masuk c ) C. maaf, apa kalian bahagia ditempat itu? A & B. ya kami bahagia C. lakukanlah, maaf aku mengganggu. Semoga tempat itu bisa diketahui orang lain. ( EXIT ) A. kenapa kau memakai tongkat? C. karna aku buta A. apa orang buta harus memakai tongkat? C. tidak A. aneh C. kenapa? A. tidak. ( lalu C beranjak pergi tapi B bertanya ) B. mau kemana kau? C. mencari apa sebenarnya nafas B. kenapa kau mencarinya? Bukankah dia sudah ada disekitar kita. C. kau aneh B. kenapa? C. tidak (hening) C. apa yang kalian cari ditempat ini? ( A dan B saling bertatap muka, kemudian Melihat C dan menggelengkan kepala) C. aneh. (hening) A. Aneh.. B. Jika aku membuat sesuatu C. Semua dicurigai A. Tanpa ada yang melihat B. Keutuhan yang ada C. Terlalu cepat dengan kepintaran mereka A. Berlomba memakai baju B. Tapi tak sadar akan sekitar C. Aneh.. A. Tapi itu lah B. Sebuah keanehan yang C. Tak pernah nyata A. Aneh. C. terlalu banyak tanda yang ia munculkan, bahkan semua tanda itu tidak ada yang pernah mengerti, hanya ada perkiraan yang aneh, bahkan batas akhirpun sudah mulai bnayak yang diperkirakan. Tapi semuanya tidak ada yang tembus, bahkan saat matahari dan bulan bertemu, mereka hanya saling memamndang tanpa persetubuhan. Aneh. B. apa yang kau maksud? C. tidak B. jika kau bilang tidak, kenapa kau berkata seperti itu? C. kau jangan memaksaku untuk menjawabnya. B. aku tidak memaksa. Aku Cuma ingin tau apa yang kau rasakan. C. perasaan tidak untuk ditau, tapi perasaan itu harus dirasakan. B. kau aneh. A. hei, kenapa kalian ini. Sekarang lihatlah keatas. Langit sudah mendung. Sebentar lagi hujan mau turun. C. kau takut dengan hujan? A. tidak. Tapi aku takut dingin B. ayuk kita pergi. A. ayuk. C. aku tidak mau pergi! Karna bagiku itu anugrah A. cepat kita pergi, aku tidak mau jika kau sakit B. ya, ayuk. Awan itu sudah mulai hitam. C. kalian saja yang pergi. Aku tidak mau. B. terserah apa katamu. Yang penting aku akan pergi dari tempat ini dan mencari tempat yang lebih nyaman. ( mengajak A ) ayuk kita pergi ( kemudian B dan A pergi .. pelan-pelan hujan mulai turun. C menikmati hujan. Tapi hujan semakin keras. Dan C mulai kepanasan. ) THE END